Rabu, 14 Mei 2008





Mengubur Rekor Tim Pelengkap
Timnas Spanyol menjadi salah satu ancaman serius bagi tim besar di ajang Euro 2008. Meski prestasinya tidak gemilang Jerman atau Italia, namun tim berjuluk El Matador itu tetap akan memberikan pesona pada perhelatan sepakbola terbesar di kawasan Eropa mendatang.

Sejak Piala Eropa kali pertama digelar pada 1960 di Prancis, pasukan yang dibesut Luis Aragones itu baru sekali merasakan indahnya menjadi juara. Negara dengan azas monarki parlementer menjadi juara pada perhelatan kedua atau Euro 1964. Kala itu, Spanyol yang bertindak sebagai tuan rumah selalu meraih kemenangan di Stadion Vicente Calderon, milik klub Atletico Madrid.

Bila ditelaah lebih dalam, negara yang berpenduduk 44.395.286 itu bernasib sial di Eropa. Spanyol selalu gagal melaju ke babak empat besar. Satu-satunya posisi menjadi runner-up dirasakan Spanyol pada Euro 1984. Sejak itu, Spanyol hanya menjadi pelangkap dari negara-negara raksasa seperti Jerman, Belanda, Prancis, dan Inggris yang selalu mematok target juara.

Memang hasil yang diraih Timnas Spanyol pada tidak sesuai dengan ktangguhan klub dan kualitas para pemainnya. Kita bisa lihat bagaimana ketangguhan Real Madrid dan Barcelona di ajang kompetisi antarklub Eropa. Bahkan, prestasi Real Madrid jauh lebih baik dibandingkan klub besar dari Jerman seperti Bayern Munich, Italia (AC Milan) dan Inggris (Manchester United).

Terbukti pada Euro 2004, kesempatan yang diberikan kepada pelatih Inaki Saez untuk merealisasikan impian Spanyol memboyong gelar juara kandas di awal turnamen. Negara yang bebatasan dengan Portugal itu harus pulang lebih awal karena gagal lolos dari babak penyisihan grup A. Spanyol kalah bersaing dengan Portugal dan Yunani.

Meski dijuluki sebagai tim pelengkap, Spanyol tetap akan menjadi kekuatan yang ditakutkan. Spanyol masih memiliki sederet nama pemain terbaik di Eropa seperti Santiago Canizares, Iker Casillas (kiper), Carles Puyol, Gabri (belakang), Xabi Alonso, Xavi Hernandez (tengah), Raul Gonzalez, Fernando Torres (striker).

The Star, Raul Gonzalez
Kendati permainnanya tidak stabil, namun ruh dari Timnas Spanol tetap melekat dalam diri Raul Gonzales Blanco. Pemain kelahiran 27 Juni 1977 itu tetap menjadi idola bagi pendukung fanatik Spanyol di berbagai pertandingan internasional.

Dia telah bermain lebih dari 100 pertandingan untuk Timnas Spanyol dengan menyumbangkan 47 gol. Bersama Timnas Spanyol, dia pernah berlaga di World Cup 1998, Euro 2000, World Cup 2002, Euro 2004 dan World Cup 2006. Di sejarah sepakbola Spanyol, Raul menempati urutan ke-12 pencetak gol terbanyak dengan 185 gol dari 418 pertandingan selama membela Real Madrid.

Raul adalah seorang striker yang bisa menggabungkan strategi menyerang dan bertahan dengan baik. Dengan tinggi 180 centimeter dan berat 69 kilogram, Raul sangat gesit saat berduel di sektor pertahanan lawan. Bahkan, para pemain bertahan lawan kerap dibuat bingung dengan pergerakannya yang selalu berpindah tempat.

Pada Euro mendatang, Raul kemungkinan akan menjadi tandem dengan Fernando Torres atau Fernando Morientes. Di World Cup lalu, Raul bermain sebagai penyerang kedua di belakang Fernando Torres atau David Villa. Raul pernah dinobatkan sebagai penyerang terbaik Eropa 2000, 2001, dan 2003, 2 kali top skor Liga Champions 1999 dan 2000.

Dia juga membantu Real Madrid merebut tropi La Liga Spanyol (1995, 1997, 2001, 2003), Piala Super Spanyol (1997, 2001, 2003), Liga Champions (1998, 200, 2002) Piala Super Eropa (2002) dan Piala Interkontinental (1998 dan 2002).

Kelebihan Spanyol:
Spanyol memiliki sederet pemain papan atas dunia yang sudah berpengalaman. Sebut saja Iker Casillas yang piawai dalam menjaga gawang.

Di lini tengah, Spanyol memiliki dua pemain tengah Xabi Alonso dan Xavi Hernandez. Dia mampu mengatur irama permainan Spanyol yang juga menopang kelincahan dua pemain sayap Jose Antonio Reyes dan Joaqin Sanchez.

Kelemahan Spanyol:
Lini pertahanan Spanyol yang dikomandoi Carles Puyol lemah dibandingkan negara kuat lainnya. Spanyol kadang tidak mampu mengantisipasi serangan balik tim lawan karena lebih mengoptimalkan menyerang.